1/18/2009

Analisis Butir Soal PG Secara Manual

Kegiatan ini mungkin tidak asing lagi bagi setiap guru. Karena kegiatan ini merupakan kegiatan rutin, paling tidak dilakukan di setiap akhir semester. Tentu pertanyaan yang muncul adalah apa manfaat dari kegiatan seperti ini? Kenapa soal mesti dianalisis? Bukankah setiap guru sudah trampil membuat soal?
Analisis soal digunakan untuk mendapatkan informasi tentang karakteristik setiap butir soal. Kegiatan menganalisis tidak saja kita lakukan setelah soal dikerjakan siswa, sebelum soal sampai ke para siswa pun soal tersebut harus kita analisis terlebih dahulu. Harapannya adalah dengan analisis kita akan tahu apakah soal tersebut akan berfungsi atau telah berfungsi baik? Akan berfungsi itu berarti soal harus dilakukan analisis terlebih dahulu sebelum soal dikerjakan siswa. Telah berfungsi mengandung makna soal harus dianalisis setelah siswa mengerjakannya.
Selain fungsi di atas hasil analisis ini dapat juga kita gunakan untuk mengetahui apakah soal tersebut termasuk kategori baik, perlu direvisi, atau soal jelek, sehingga tidak bisa kita gunakan kembali?.
Untuk analisis, berkenaan dengan apakah soal akan berfungsi, maka digunakanlah analisis kualitatif. Jika berkenaan dengan apakah soal telah berfungsi maka digunakanlah analisis kuantitatif. Dalam kesempatan ini hanya akan disampaikan analisis soal pilihan ganda (PG) secara kualitatif dan kuantitatif.

A. Analisis Kualitatif.

Analisis ini dilakukan berdasar beberapa pertimbangan antara lain: materi, konstruksi soal dan bahasa.
Beberapa kaidah penulisan soal bentuk PG untuk keperluan analisis kualitatif:
1. Soal harus sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan sebelumnya.
2. Pilihan jawaban harus homogen dan logis apabila ditinjau dari sisi materi.
3. Setiap soal harus memiliki satu jawaban benar.
4. Perumusan soal harus jelas jangan berbelit-belit.
5. Pokok soal tidak boleh memberikan petunjuk ke arah jawaban.
6. Hindari pernyataan negatif ganda.
7. Panjang pendeknya rumusan jawaban usahakan relatif sama.
8. Jangan menggunakan pernyataan jawaban "semua jawaban benar" atau"
semua jawaban salah".
9. Untuk jawaban yang menggunakan angka atau serentetan kejadian yang
melibatkan waktu, maka urutkan berdasarkan besar kecilnya nilai angka tersebut atau kronologis waktu.
10. Jika menggunakan gambar,grafik, tabel, diagram atau yang sejenisnya
pastikan itu semua berfungsi.
11. Hindari adanya soal yang jawabannya bergantung dari soal sebelumnya.
12. Gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
13. Hindari penggunaan bahasa lokal (hanya berlaku di tempat tersebut).
14. Gunakan bahasa yang dimengerti oleh peserta tes, bahasa harus komunikatif
15. Jangan mengulang kata yang bukan merupakan satu kesatuan pengertian.

B. Analisis Kuantitatif
1. Daya Pembeda
Merupakan selisih proporsi jawaban benar pada siswa kelompok atas dan kelompok bawah. Daya pembeda soal berada pada kisaran -1 sampai +1. Tanda (-) artinya siswa kelompok bawah (berkemampuan rendah) lebih banyak yang menjawab benar dibanding siswa kelompok atas. Sebuah soal mungkin saja dapat membedakan kedua kelompok tersebut, tetapi juga tidak menutup kemungkinan tidak dapat membedakan. Jika daya pembeda sama dengan nol (0) itu artinya soal tidak dapat membedakan antara kedua kelompok tersebut.
Soal yang baik memiliki daya pembeda (+) untuk kunci dan (-)untuk pengecoh.

Untuk menghitung daya pembeda digunakan rumus :

DP=(2(KA-KB))/n

DP = Daya pembeda
KA = Banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab benar
KB = Banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab banar
n = Banyaknya siswa

Kriteria Daya Pembeda :
DP>0,25 soal diterima
0< DP< =0,25 soal diperbaiki
DP<= 0 soal ditolak

2. Tingkat Kesukaran
Merupakan proporsi siswa yang menjawab benar. Kisarannya 0 (nol) sampai dengan 1 (satu). Makin mendekati 1, soal tersebut dinyatakan semakin mudah, begitu sebaliknya bila mendekati nilai 0 (nol) soal semakin sukar. Tingkat kesukaran dapat ditentukan dengan rumus :

TK = JB/n

TK = tingkat kesukaran
JB = banyaknya siswa yang menjawab benar
N = banyaknya siswa

Kriteria Tingkat Kesukaran Soal;
TK < 0,3 soal sukar
0,3 <= TK <= 0,7 soal sedang
TK > 0,7 soal mudah

3. Penyebaran Pilihan Jawaban.
Penyebaran pilihan jawaban berada pada kisaran 0 sampai 1. Sebuah pengecoh dinyatakan berfungsi baik bila pengecoh tersebut dipilih setidaknya oleh 2,5% siswa. Untuk menghitung penyebaran jawaban dapat digunakan rumus :

Ppj = Jpj/n

Ppj = penyebaran untuk pilihan jawab tertentu
Jpj = banyaknya siswa yang memilih jawaban tertentu
n = banyaknya siswa

Untuk menentukan siswa kelompok atas dan kelompoh bawah dapat dilakukan dengan mengurutkan perolehan skor siswa (skor PG) dari yang terendah ke yang paling tinggi. Kelompok atas adalah 27% diambil dari nilai tertingginya dan kelompok bawah adalah 27% diambil dari mulai nilai terendahnya.

Semoga bermanfaat.

(Tulisan ini merupakan tulisan saya yang sebelumnya
saya tulis di blog mgmp sma kab. Pontianak)

Sumber rujukan :
Zulaiha,Rahmah.2007. Analisis Butir Soal Secara Manual. Jakarta:Pusat Penilaian Pendidikan, Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.

Baca Selengkapnya ..

1/16/2009

Membangun Motivasi "Prestasi"

Tahun baru 2009 telang kita awali bersama. Harapan, cita-cita, serta keinginan juga mulai kita tetapkan. Satu tujuan yang kita harapkan … hari esok yang lebih baik dari hari ini.
Setiap kita selalu mendambakan suatu keberhasilan dalam setiap hal.
Seorang pelajar mendambakan nilainyai selalu meningkat dari semester ke semester berikutnya. Seorang karyawan mendambakan prestasi kerjanya hari ini lebih baik dari hari kemarin dan apa yang akan dikerjakan hari esok harus lebih baik hasilnya dibanding dari hari ini. Dan inilah prestasi.
Untuk membangun “jiwa berprestasi” bukan sesuatu yang gampang, perlu suatu keinginan yang kuat serta perencanaan yang matang.
Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk membangun “jiwa berprestasi”
1. Tanamkan suatu keinginan atau cita-cita yang kuat di lubuk hati Anda yang paling dalam.
Setiap manusia pasti punya cita-cita, punya keinginan. Tetapi dalam menyikapi keinginan yang ada pada dirinya setiap orang tidaklah sama. Sehingga seringkali kita menemukan ada seseorang yang ketika mengalami kegagalan, ia bersikap biasa-biasa saja. Dilain pihak kita juga sering bertemu dengan seseorang yang ketika belum berhasil terhadap apa yang ia inginkan sedihnya luar biasa. Dan terhadap dua orang seperti itu kita tahu mana diantara keduanya yang memiliki keinginan kuat untuk mewujudkan cita-cita tersebut.

2. Kenali semua potensi diri yang Anda miliki.
Pepatah kita mengatakan “ Gajah dipelupuk mata tidak tampak namun kuman yang jauh di seberang laut akan kelihatan jelas”. Kurang lebih maknanya “sekalipun kecil, apa yang ada pada diri seseorang kalau itu berupa kelemahan-kelemahan kita mengetahuinya, tetapi kelemahan pada diri kita sendiri justru kita tidak mau mengakuinya karena tidak kelihatan”.
Kalau pepatah tersebut melekat dalam diri kita, jelas hal ini akan sangat merugikan. Setiap kita pasti memiliki kelebihan sekaligus kekurangan. Dan itu Tuhan telah berikan kepada semua makhlukNya.
Untuk membangun prestasi, maka kenali potensi diri kita. Karena dengan mengetahui hal itu kita akan tahu terhadap apa yang akan kita lakukan .

3. Jangan mencoba memaksakan sesuatu keinginan yang berada di luar kemampuan diri Anda.
Ketika di akhir semester genap kelas X SMA, para siswa yang dinyatakan naik kelas mereka harus memilih program jurusan. Mereka dapat memilih program IPA, IPS, atau program Bahasa.
Setiap program memiliki nilai keunikan yang tersendiri baik dilihat dari mata pelajarannya maupun dari tuntutan kemampuan siswanya.
Entah karena selama ini ada anggapan bahwa program IPA itu lebih dibanding program IPS atau karena ada hal-hal lain, sering kali para siswa dalam memilih program masih terlihat memaksakan. Hal itu dapat diketahui dari perolehan nilai di dalam rapornya dan pilihan program yang mereka ajukan. Pada oleh Guru, mereka sudah banyak mendapatkan informasi.
Akibat kekeliruan ini, maka peluang prestasi belajar menurun akan semakin besar.
Ini satu contoh kecil dalam kegiatan di sekolah. Dan peristiwa-peristiwa semacam ini juga terjadi dalam aktivitas-aktivitas lain dalam kehidupan kita sehari-hari

4. Hindari pengambilan suatu keputusan karena terpengaruh oleh lingkungan.
Benar tetap memiliki nilai benar sekalipun itu hanya dikemukanan atau dipertahankan satu orang. Berbeda dengan kata baik, dalam komunitas yang terbiasa dengan hal-hal yang melanggar aturan maka melanggar aturan bagi mereka adalah baik dan justru ketika ada bagian dari komunitasnya tidak berani melakukan pelanggaran dia dianggap tidak baik menurut kacamata mereka. Sekalipun menaati aturan itu benar dan melanggar aturan itu salah.
Dalam mengambil suatu keputusan untuk masa depan, sudah seharusnya kita menghindarkan dari pengaruh-pengaruh yang muncul dari lingkungan kita. Dengarkan dan utamakan suara hati kita sebelum kita mendengar masukan-masukan dari sekitar. Kalaulah harus mendengar masukan-masukan, perhatikan juga siapa mereka, bagaimana kesehariannya.
Harus kita perbaiki pemikiran terhadap pemaknaan kalimat “ Dengarkan apa yang mereka sampaikan jangan lihat siapa yang menyampaikan”.

5. Buat suatu perencanaan yang terprogram
Setiap hari kita selalu beraktivitas tetapi jarang sekali aktivitas yang akan dilakukan dalam satu hari itu terencana dan tertata. Maka yang muncul adalah kata “ Bagaima nant” dan bukan ”Nanti bagaimana”. Konsep seperti ini harus kita kurangi porsinya sedikit demi sedikit dalam keseharian kita. Termasuk bagi para pelajar.
Perencanaan yang benar akan mamandu kita untuk beraktivitas sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Tidak ada waktu yang tersia-siakan.

6. Patuhi semua perencanaan yang telah Anda buat sebelumnya.
Seringkali kita menemukan, jadwal telah tersusun dengan benar tetapi pelaksanaannya yang masih kurang. Seharusnya ketika jadwal telah tersusun dengan baik sebagai konsekwensinya adalah menaatinya. Memang jadwal tidak menegur kita secara langsung tetapi kita sendiri yang harus menegur terhadap diri sendiri. Coba tanyakan pada para pelajar kita, berapa persen dari mereka yang benar-benar telanh menaati jadwal belajarnya di rumah.

7. Selalu belajar
Belajar adalah kewajiban. Setiap kita berkewajiban untuk selalu menambah ilmu melalui belajar. Dengan ilmu yang dimiliki manusia akan ditinggikan derajatnya beberapa derajat lebih tinggi dari yang lain.
Generasi berkualitas akan selalu muncul dari generasi yang selalu belajar. Itu sebabnya kita harus menggalakkan budaya membaca di setiap generasi.

8. Serahkan hasilnya pada Al-Khaliq.
Setelah semua potensi dan langkah-langkah kita lalui, tentunya sebagai makhluk yang berketuhanan, sudah seharusnya kita pasrahkan hasil usaha kita kepadaNya agar semuanya bernilai ibadah.
“Jika kita telah merencanakan suatu cita-cita maka mari kita bertawakal kepadaNya.

Baca Selengkapnya ..
Terima kasih atas kunjungannya ya....

Kalo ada waktu mampir lagi donk .... :)