7/25/2010

BIJAK DALAM MEMBERI PUJIAN

tpk
Pernahkan kita bertanya pada diri sendiri, bagaimana rasanya dipuji orang? Walau terkadang malu juga mendengar kebaikan atau karya yang kita buat dipuji orang. Jujur saja pujian itu membuat kita merasa senang. Rasanya bahagia karena apa yang kita lakukan dihargai orang lain.
Pada dasarnya manusia memang senang dipuji. Apa yang kita rasakan saat dipuji, tak beda dengan perasaan anak ketika mendapat pujian dari orang tuanya.
Mereka akan merasa senang dan bangga bila kebaikan dan kemajuan yang mereka lakukan ternyata dihargai orangtua, anak-anak ini menjadi lebih percaya diri. Bukan itu saja, mereka pun termotivasi untuk terus berbuat...
baik dan berprestasi.
Kenapa anak perlu untuk dipuji? Jawabannya sederhana saja, karena mereka akan merasa dihargai perbuatannya. Dengan penghargaan itu maka akan timbul rasa percaya dirinya. Sebenarnya sejak usia dini, anak sudah membutuhkan pujian untuk memotivasi dirinya. Perhatikan pada saat anak memulai belajar berjalan. Ketika ia mulai melangkah orangtua dan orang di sekelilingnya biasanya akan memberi pujian dan semangat kepadanya. Walau belum sepenuhnya memahami bahwa itu pujian, namun anak pada usia itu bisa melihat ekspresi orangtuanya yang gembira. Ini cukup memotivasinya untuk melangkah lagi dan lagi hingga akhirnya bisa berjalan secara sempurna.
Pujian, efektif bagi anak untuk mengembangkan dirinya. Sayangnya, banyak orangtua yang hingga kini masih banyak yang pelit memberikan pujian terhadap anak sendiri. Bukanya memuji anak, mereka malah membanggakan diri sendiri. Misalnya dengan ungkapan, “Ah, kamu baru segitu. Dulu ayah begini, dulu ibu begitu…” Padahal keadaan dulu amat berbeda dengan sekarang.
Contoh kecil yang sering kita jumpai di sekelilingkita , ketika anak-anak itu tampil di suatu kegiatan, lalu mereka melakukan sedikit kesalahan, biasanya para orang tua kurang bersemangat bertepuk tangan untuk mereka. “kasihan anak-anak itu, padahal mereka sudah berani mencoba tapi dihargai cuma segitu. Ini bisa menjatuhkan mentalnya.”
Apa pun yang dilakukan mereka sudah sepatutnya kita “heboh” memberi semangat dengan memberikan tepuk tangan lebih keras untuk menyemangati sekalipun mereka melakukan sedikit kesalahan, mereka telah berani mencoba melakukan sesuatu, maka berilah pujian lebih dahulu. Misal katakan” Hebat deh tampilannya tadi.” Anak mungkin akan membalas “ tapi tadi kan ada sedikit kesalahan, aku jatuh atau apalah kesalahan yg mereka lakukan” Maka tetaplah beri semangat , “Enggak apa-apa namanya juga belajar, kalau kalian belajar lagi , Insya Allah nggak akan salah lagi.”
Pujian pun tak mesti dilontarkan saat anak-anak berprestasi saja. Ketika mereka bersedia membantu orang tua sekecil apapun, misalnya hanya sekedar memasang taplak meja, mereka tetap berhak atas pujian yang memberinya motivasi dan semangat untuk melakukan kebaikan lainnya.

Pada prinsipnya sekecil apapun kebaikan dan prestasi yang dibuat anak, berilah pujian padanya. Sebab pada dasarnya anak-anak membutuhkan itu. Bila orang tua jarang memuji anak, justru akan mematikan motivasi anak. Mereka akhirnya malas berkompetisi, anak-anak akan berpikir apapun yang dilakukannya, kecil atau besar hasilnya sama saja.
Namun orang tua juga harus tahu waktu dan kondisi yang tepat untuk memberikan pujian .Pujian harus realistis. Berikan pujian bila memang ada sesuatu hal yang patut dipuji dari anak, entah berupa kebaikan karyanya dan sebagainya. Jangan sampai pujian diberikan begitu saja. Misalnya saat anak berkelahi kita memujinya sebagai anak yang berani. Padahal bisa jadi itu salah. Lebih baik tanyakan dulu apa yang menyebabkab ia berkelahi.
Bila anak melakunan kebaikan atau berprestasi, puji saat itu juga. Jangan tunda sampai besok. Pujian yang terlambat akan kehilangan momen dan tak efektif memotivasi anak.
Ungkapan pula pujian secara sederhana, jangan berlebihan atau menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Pujian semestinya jelas dan detail menunjukan apa yang ingin dipuji, hingga anak paham apa kelebihan atau kebaikan dalam dirinya. Misalnya saat memuji gambar, katakan bagian mana yang bagus. Ucapkan, “ warna-warna yang adik pilih bagus sekali.”atau mungkin,”Gambar kelinci yang adik buat bagus sekali, kelihatan hdup.”
Hindari pula terlalu sering dan berlebihan memuji anak. Jangan sebentar-bentar memuji, hal ini bisa membuat anak besar kepala dan meremehkan orang lain. Karena merasa paling pandai dan paling berprestasi sendiri. Bisa jadi anak justru akan menurun daya juang dan semangat kompetisinya.
Hati-hati pula dengan forum atau tempat saat memberi pujian pada anak, memuji-muji anak ditempat umum dan dihadapan anak-anak lain juga bukan tindakan bijak. Buat orang tua atau anak-anak lain yang mendengar pujian itu seperti membandingkan anak yang satu dengan anak yang lain. Tentu saja ini tidak bijak karena setiap orang punya kemampuan yang berbeda.

Sumber : Majalah Ummi no:2/xxii/Juni 2010

Baca Selengkapnya ..
Terima kasih atas kunjungannya ya....

Kalo ada waktu mampir lagi donk .... :)